Anak Bupati Sinjai Jadi Sorotan Publik, Begini Kata Pemerhati Anak
Foto: anak yang mengenakan kaos hitam itu disinyalir adalah anak Bupati Sinjai yang sedang berbagi masker (*) |
SINJAI – Status siaga darurat pandemi COVID-19 kini menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
Jumlah pasien terkonfirmasi positif Corona terus bertambah. Menurut data covid19.sinjaikab[.]go.id ada sebanyak 11 orang yang dinyatakan positif pada beberapa waktu lalu.
Namun berdasarkan surat edaran Gubernur Sulsel Nomor: 440.1.1/04464/Diskes Tentang Alur Rujukan Penanganan pqasien COVID-19 di Sulsel mengharuskan ke-11 pasien tersebut disatukan perawatannya di Makassar.
Pasalnya, Corona tak hanya menyasar remaja dan orang tua tetapi juga pada anak-anak dan balita.
Hal ini mendapat perhatian publik atas himbauan Pemerintah tentang social distancing dan tetap di rumah saja.
"Sepertinya berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Bupati Sinjai pada masa pandemi saat ini," kata Wawan Irmansyah, salah seorang pemerhati anak di Sinjai, sangat menyayangkan hal tersebut pada Rabu, 20 Mei 2020.
Bagaimana tidak, kata Wawan, beredar foto saat kegiatan penyerahan BLT dana desa di Kecamatan Sinjai Selatan beberapa waktu lalu menunjukan salah seorang anak kecil dengan kaos warna hitam sedang berbagi masker kepada anak sebayanya.
Diketahui, anak tersebut adalah anak dari Bupati Sinjai, Andi Seto Gadista Asapa.
"Sekilas, foto tersebut memang biasa saja dan bahkan punya nilai positif dan edukatif, namun di sisi lain terlihat anak tersebut tidak memakai APD yang memadai, termasuk tidak memakai sarung tangan," ucap dia.
Masih terlintas di ingatan, ujarnya, tentang himbauan bupati terkait social distancing dan tetap di rumah saja.
"Tapi kok malah beliau sendiri yang melanggarnya, malah mengikut sertakan anaknya ke beberapa daerah yang diketahui berdekatan daerah zona merah," jelasnya.
Olehnya itu, Wawan menyarankan para orang tua untuk menjaga anak agar tetap di rumah dan mengawasi jarak aman mereka.
"Apalagi anak-anak yang tergolong aktif, kita tidak tahu mereka terkadang mengunjungi tempat-tempat yang mungkin telah terpapar virus dan rentan penularan virus," tutupnya. (*/br)