Pembangunan jembatan Penghubung Aska-Salohe Hampir Rampung, Warga Berterimah Kasih Kepada Bupati Sinjai
SINJAI, Suara Kita---Pembangunan jembatan Kalamisu disambut gembira oleh sejumlah elemen masyarakat. Mereka tak lagi harus menyeberang sungai untuk sampai ke tempat tujuan.
Jembatan ini menghubungkan Desa Salohe, Kecamatan Sinjai Timur dengan Desa Aska Kecamatan Sinjai Selatan. Banyak masyarakat yang menggunakan akses ini karena jarak tempuhnya dekat jika warga Desa Salohe hendak ke Desa Aska.
Begitu pula sebaliknya. Namun jika harus melewati jalur Labettang, Desa Palae, Kecamatan Sinjai Selatan, perbandingan jarak tempuhnya cukup jauh dan membutuhkan waktu yang lama.
Salah seorang Guru SD 230 Jenna, Desa Aska, Kecamatan Sinjai Selatan, Fitri mengatakan, melintasi sungai Kalamisu menjadi kebiasaan sehari-harinya sejak 10 tahun yang lalu.
Dia memilih jalur itu menuju ke sekolah karena rumahnya berada di Desa Salohe, Kecamatan Sinjai Timur. Pakaian yang ia kenakan kerap basah saat menyeberang di sungai itu.
Belum lagi jika arus sungai deras dan ketinggian air di atas lutut orang dewasa. Ia tetap memilih menyeberang untuk cepat sampai ke sekolah. Meski ia dalam kondisi berbahaya.
"Biasa naik motor menyeberang kalau air sungai tidak tinggi, tapi kalau tinggi motor hanya sampai di bibir sungai baru kami jalan kaki," jelas Fitri saat ditemui," Jumat (11/12/2020) kemarin.
Kini, perjuangan menerobos sungai itu sudah tidak lagi dilakukan. Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa (ASA) mewujudkan pembangunan jembatan yang sekian tahun dinanti. Meski belum rampung 100 persen, tetapi mereka sudah bisa melewati jembatan itu.
"Terima kasih, Pak Bupati Sinjai, kami gembira dan senang karena jembatan ini sudah hampir selesai, banyak manfaatnya bagi masyarakat, kami tidak lagi melintasi sungai yang kerap membahayakan diri kami," tambahnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh siswi SMP 4 Kecamatan Sinjai Timur, Nurhidayah. Kini, ia tak lagi khawatir seragam sekolahnya basah karena menyeberang sungai dari Jenna, Desa Aska, Kecamatan Sinjai Selatan ke sekelohnya di Kecamatan Sinjai Timur.
Bahkan, sepatu yang ia genggam saat melintasi sungai kerap terbawa arus dan tidak dapat diselamatkan. "Sering sekali sepatu saya terbawa arus, tidak bisa diselamatkan karena membahayakan nyawa kami," terangnya.
Selain itu, siswa kelas II SMP ini juga kadang ke sekolah melewati jalur Labettang, Desa Palae. Itu dilakukan jika arus sungai sangat deras dan ketinggian di atas perut orang dewasa.
"Kalau lewat Labettang jauh sekali, sekarang sudah ada jembatan, sudah dekat kami ke sekolah, tidak khawatir lagi terlambat, terima kasih, Pak ASA," tutupnya.
(Red)