Ad Under Header

Refleksi Kemerdekaan Indonesia


OPINI, Sulselpos.id - Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. 
MERDEKA!!!!.
Kata itu seringkali diucapkan dengan penuh semangat, menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap manusia membutuhkan ke-merdeka-an dan secara spontanitas diteriakkan saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia, yang menunjukkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa termasuk Indonesia. 

77 Tahun kemerdekaan ini dikumandangkan dengan seremonial yang berbeda tiap tahun, sekaligus diliputi beragam rasa oleh Rakyat Indonesia (sedih, senang, gembira, dan apatism).
Kata Merdeka berasal dari bahasa Sangsakerta (Maharddhika) yang artinya kuat, kaya, dan sejahtera kemudian dalam artian lain bahwa Merdeka adalah keadaan yang berdiri sendiri, bebas, dan tidak terjajah.

Usia yang sangat rentah bukan?.
77 Tahun Bumi Pertiwi Merdeka untuk negerinya tapi tidak kepada Rakyat Indonesia.

Lihat saja, ada berapa banyak Rakyat Indonesia yang meresapi dan memaknai arti kemerdekaan pada tahun ini?
250 juta penduduk Indonesia, dari populasi yang ada, mungkin tak sampai 50% jiwa mengabaikan dan meninggalkan moment sakral ini hanya karena persoalan perut.

Apa arti kata "Merdeka"?.
1. Jika propaganda sejahtera hanya menjadi pemanis kata yang berbalut pada janji-janji manis belaka.
2. Apabila Keadilan sosial hanya dimaknai oleh kaum berada.
3. Lalu, Kaum kaya tertawa lepas dibalik tirai kaum dhuafa.

Apa arti kata "Merdeka"?.
Korupsi, Kolusi, Nepotisme masih menjadi budaya yang berkepanjangan. 
Miris, 77 tahun paling lantang menyuarakan kata Merdeka, NKRI Harga mati tapi implementasi kepada Bangsa dan Rakyat Indonesia masih minim bahkan naasnya, di pelosok-pelosok bumi Pertiwi tak tersentuh sama sekali.

Bukankah merdeka itu harus didefinisikan sebagai bebas dari segala sesuatu yang membelengu dari ronggrongan oknum bangsa sendiri dengan dalihnya "memperjuangkan kepentingan rakyat" padahal sebenarnya hanya untuk kepentingan diri sendiri dan golongannya.

Berapa banyak lagi yang dikorbankan?
Hutan, laut, dan aspek penopang bangsa lainnya yang harus digadaikan demi kata pembangunan lalu kemudian yang merasakan pembangunan itu hanyalah segelintir kaum elit di negeri ini.
Prihatin ketika, Pribumi menjadi babu di negerinya sendiri saat orang asing diundang sebagai tamu istimewa dan Investasi menjadi dewa dari segalanya.

Tidak ada kemerdekaan tanpa tanah air dan tiada tanah air tanpa kemerdekaan (Bung Karno). 

Narasi yang diucapkan oleh Bung Karno sangat relevan dengan keadaan pada zaman itu dan jika dipikir-pikir lagi, seharusnya tanah air dan kemerdekaan menjadi wadah dan ruang untuk memenuhi segala kebutuhan rakyat, memanusiakan manusia tanpa terkecuali, serta pendidikan yang berpusat pada karakter.

Entah bagaimana mereflesikan kemerdekaan indonesia, tapi jika dinalarkan kembali peristiwa kemerdekaan tak sebanding dengan perjuangan para pahlawan pada masa itu.

Melanjutkan perjuangan merupakan salah satu cara untuk menghargai sebuah pengorbanan dari tetesan darah dan air mata yang disatukan untuk menarik Indonesia keluar dari cengkraman penjajahan.

Semoga slogan yang diusung tahun ini "Pulih lebih cepat dan Bangkit lebih kuat" dapat membawa perubahan secara signifikan. 

Harapan dan cita-cita terus di-bara-kan dalam jiwa agar problematika kebangsaan dapat diatasi.

Pulihlah engkau Ibu pertiwi dari sekaratmu dan bangkitlah jauh lebih kuat sebab, ada jutaan pelita di pelosok negeri yang akan membawa perubahan (Cahaya) untuk Indonesia di masa depan; Generasi Pelanjut.

Tetaplah bernafas di jiwa-jiwa kami (Anak Bangsa) hingga zaman ini berlanjut dan usai di tangan Ilahi.


Penulis : Wardiman Sultan Madir
(Founder Forum Diskusi Nusantara)
Tags:
OPINI
Top ad
Middle Ad 1
Parallax Ad
Middle Ad 2
Bottom Ad
Link copied to clipboard.