Voice of Cita Sukses Mengadakan Bedah Buku 'Katolik di Tanah Santri'
Bedah buku Katolik di tanah santri melalui zoom meeting |
JAKARTA, Sulselpos.id - Voice of Cita (VoC) mengadakan bedah buku dalam menyambut Hari Raya Natal 2022 dan tahun baru secara online, Sabtu (24/12/22).
Bedah buku ini merupakan salah satu program Voice of Cita, yaitu Buku Cita dengan tujuan untuk meningkatkan literasi di kalangan pemuda dan mahasiswa.
Buku yang dibedah Voice of Cita berjudul 'Katolik di Tanah Santri' karya Deni Iskandar, dan turut hadir beberapa penanggap di acara tersebut.
Penanggap yang hadir pada acara ini dari berbagai kalangan diantaranya Porlesta Bogor Kota, Ketua Umum HMI periode 2018-2020 dan President Asian African Youth Goverment Saddam Al Jihad.
Selanjutnya Direktur Program Merial Institute yakni Fajar Iman Hasanie dan juga perwakilan dari kalangan santri yaitu H. Imad selaku Ketua Bahsul Masail Ikatan Keluarga Alumni Ponpes Al- ittihad (IKAPPA).
Acara Bedah Buku 'Katolik di Tanah Santri' diawali dengan pemaparan oleh penulis, yang bercerita mengenai motivasi dirinya untuk menulis buku tersebut.
Motivasi menulis saya pertamanya tekanan kampus, dan buku ini merupakan skripsi saya berjudul "Kebebasan Hak Beribadah Umat Katolik di Labuan Pandeglang Banten," ucap Deni Iskandar.
Katolik sangat di terima di Banten, karena misi utamanya adalah untuk pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan," tambahnya.
Untuk bidang pendidikan yang dibangun oleh masyarakat Katolik di Banten ada sekolah Mardiyuana yang di bangun tahun 1959 dan mayoritas muridnya itu muslim," tegasnya.
Setelah pemaparan isi buku tersebut, dilanjutkan dengan beberapa tanggapan, penanggap pertama disampaikan oleh Saddam Al Jihad.
Menurut Saddam, penulis buku ini telah berhasil memainkan kata. Bahwa Katolik di Tanah Santri mencerminkan inklusivitas kalangan Santri dan juga Umat Katolik itu sendiri.
Santri sebagai mayoritas dapat menerima secara lapang Umat Katolik, begitupun Katolik sebagai simbol minoritas tidak merasa sungkan beraktivitas bahkan melakukan pemberdayaan masyarakat di tanah santri.
"Buku katolik di tanah santri ini ada energi rahmatan lil alaminnya, bahwa santri menjadi simbol keberagaman, bahwa katolik tidak nenjadi eksklusivitas", ujar Ketua PB HMI periode 2018-2020 tersebut.
Selanjutnya tanggapan dari Fajar Iman Hasani, menurutnya lebih baik jika tidak hanya sebatas toleransi, melainkan juga membuat gerakan untuk kebangkitan sosial.
"Kehadiran katolik di Pandeglang, Labuan justru berkontribusi juga terhadap pemberdayaan sosial khususnya pendidikan," ujar Direktur Program Merial Institute tersebut.
"Di sana membuat sekolah Mardiyuana, dan juga bung deni menyebutkan siswa dan tenaga pengajar banyak dari muslim juga," tambahnya.
Selanjutnya Fajar berpesan bahwa jangan sampai isu-isu moderasi beragama berhenti di wilayah toleransi saja, tapi harus lebih digerakan kepada membangun keadilan sosial.
Kemudian penanggap ketiga dari perwakilan santri yang merupakan ketua lembaga Bahsul Masail yaitu H. Imad sapaan akrabnya.
Menurutnya buku ini sangat bagus dan mencerminkan toleransi antar umat beragama.
"Kami sangat mengapresiasi sekali, tentang hadirnya semakin banyak buku-buku untuk membangun toleransi umat beragama ini, karena yang paling utama itu adalah ketenangan beribadah ya", jelas H. Imad.
Tanggapan terakhir dari Polresta Bogor Kota yang diwakili oleh Wakasat Intelkam, beliau mengapresiasi acara yang digelar VoC ini.
"Kami mendukung kegiatan temen-temen semua, untuk kegiatan yang akan datang kami akan support, semoga kedepannya lebih maju, lebih keren lagi," ujar Harsono Sat Intelkam.
Sebagai penutup, Yoga Prasetia selaku Founder Voice of Cita memberikan tanggapannya mengenai hasil dari keseluruhan bedah buku pada 24 Desember 2022.
"Kalau kita sudah sepakat keberagaman itu keniscayaan, berarti tahun berikutnya tinggal berbicara bagaimana antar umat beragama ini membangun suatu kolaborasi yang produktif, dan itu bisa bermanfaat bagi bangsa," ucap Yoga.
Rini
Tags:
News