Adaptasi Generasi Z di Era Digital dan Tantangan Nasionalisme
Yeno |
OPINI, Sulselpos.id - Pada tahun 2020 bangsa Indonesia memasuki tahun yang tidak terlalu menguntungkan bagi semua lapisan masyarakat. Datang dan menyebarnya virus Covid-19 di bangsa Indonesia menyebabkan aktivitas masyarakat menjadi terbatas.
Sehingga menjadikan masyarakat mau tidak mau harus adaptif terhadap kondisi tersebut. Sama halnya pemenuhan kebutuhan pada saat Covid-19 membuat semua kalangan masyarakat baik itu perkotaan maupun pedesaan harus kreatif dan Inovatif dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Percepatan digitalisasi era dalam polarisasi kehidupan bermasyarakat yang sebagian masih awam akan teknologi maupun perihal digitisasi kehidupan. Hal itu dapat kita jumpai pada generasi sebelum generasi Z. Percepatan tersebut harus adalah upaya adaptasi masyarakat dalam kondisi Covid-19 yang serba terbatas dalam beraktifitas. Pasca Covid-19 tetap berlanjut pada percepatan digitalisasi hal itu dapat kita jumpai pada generasi Z yang kedepannya akan berlanjut ke generasi Alfa.
Secara History hadirnya Generasi Z menurut (William Strauss, US) terlebih dahulu generasi Baby Boomers, X dan Y dimana generasi ini hadir tahun 1945-1993 setelah itu Generasi Z hadir pada tahun 1994-2000 dimana karasteristik berbeda dengan generasi sebelumnya dari segi traits, budaya, karakter dan polarisasi kehidupan. Hal tesebut dapat dilihat pada perilaku generasi sebelumnya lebih kepada tradisionalis dan konvensional dibanding generasi Z lebih modernis dan bersentuhan langsung dengan era digitalisasi.
Dalam buku Stephan P. Robbin (2011) Organizational Behavior bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungannya. Sehingga dapat kita lihat pada mayoritas aktivitas generasi Z sekarang yang lebih condong pada modernisasi kehidupan, oportunis, apatis dan hedonis. Dampak pada perilaku tersebut dapat mengancam identitas perilaku dan budaya dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Secara empirik dapat kita jumpai secara pada lingkungan sekitar dimana mayoritas generasi Z yang awam akan edukasi tentang penggunaan media platfom digital seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twiter dan media platfom digital lainnya. Penggunaan media platfom digital yang tidak bijak dapat merubah image personal pengguna sosial. Kurangnya edukasi dari orang tua dalam mendidik karakter maupun penekakan pemerintah memfilterisasi tampilan-tampilan konten yang tidak edukatif.
Percepatan digitalisasi pasca Covid-19 membuat penggiat media sosial agar bijak, cerdas dan analitis dalam mengkonsumsi konten video baik itu film, post cash. Karna sebagian tanyangan-tanyangan yang ditampilkan saat ini mengandung unsur isu sara' pengalihan isu dan framing politik. Pengguna media sosial yang awam akan berdampak pada perubahan perilaku dan lunturnya trust terhadap kebijakan publik dalam terjadinya krisis identitas dalam berbangsa.
Perlunya edukasi baik pendidikan formal maupun non formal. Pentingnya edukasi bagi generasi Z yang awam dalam menggunakan flatfom media sosial sangat penting dalam menyelamatkan generasi Z, apalagi kedepannya akan memasuki generasi Alfa dimana secara prilaku mungkin lebih modern. Sehingga perlunya edukasi dalam mencerdaskan generasi. Mencerdaskan generasi sama halnya dengan menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia.
Penulis juga menyarankan kepada pemerintah melalui kementrian komunikasi dan informasi republik indonesia agar memfilterisasi informasi yang dapat di konsumsi oleh masyarakat pada semua lapisan baik itu generasi Z dan generasi sebelumnya. Ketika hal tersebut di abaikan oleh pemerintah maka akan mendegradasikan nilai-nilai nasionalisme generasi bangsa Indonesia.
Penulis : Yeno
Peserta Advance Training (LK III) Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat tahun 2023.
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*
Tags:
OPINI